Tugas dan Peran Seorang Ibu
Tugas utama seorang wanita adalah sebagai ibu dan
pengatur rumah tangga (ummu a rabbatul bait). Tugas utama ini tidak
bisa tergantikan, karena Allah SWT telah menetapkan bahwa wanitalah
tempat ‘persemaian’generasi manusia dan tempat menghasilkan ASI (Air
Susu Ibu) sebagai makanan terbaik di awal kehidupannya. Hal ini harus
kita pahami sebagai fungsi utama wanita dalam kehidupan ini. Sebab hal
yang demikian itu tidak bisa diperankan oleh laki-laki.
Untuk menjamin
kelangsungan hidup manusia, Allah SWT telah menetapkan beberapa hukum
yang khusus buat wanita. Diantaranya hukum tentang kehamilan,
kelahiran, penyusuan, pengasuhan anak dan masa iddah bagi wanita yang
ditinggal suami (karena cerai/meninggal). Bahkan Allah SWT telah
memberikan keringanan kepada wanita agar dirinya mampu menjalankan
tugas-tugas tersebut dengan baik, seperti tidak wajib bekerja mencari
nafkah bagi dirinya maupun keluarganya, boleh berbuka puasa pada bulan
Ramadlan bagi wanita hamil dan menyusui. Semua hukum tersebut adalah
untuk melindungi wanita agar tugas utamanya dapat terlaksana dengan
baik.
Islam telah
menempatkan wanita pada posisi yang mulia dengan tugasnya sebagai ibu.
Tanpa keikhlasan dan kerelaan seorang ibu memelihara janin yang
dikandungnya selama 9 bulan, tidak akan lahir anak manusia ke bumi
ini. Demikian pula dengan kerelaannya dan kesabarannya ketika menyusui
dan mengasuh bayinya, hal itu akan berperan besar terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan anak. Posisi seorang wanita yang ridlo
dengan kehamilannya sebanding (dari segi pahala) dengan seorang
prajurit yang berperang di jalan Allah dan ia sedang berpuasa.
Pendidikan Usia Dini
Seorang ibu memiliki
peran yang sangat vital dalam proses pendidikan anak sejak dini, sebab
ibulah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak, sosok pertama
yang memberi rasa aman, dan sosok pertama yang dipercaya dan didengar
omongannya. Karenanya ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Peran itu sangat menentukan kualitas masyarakat dan negaranya.
Sedemikian penting peran ibu dalam menentukan masa depan masyarakat dan
negaranya, sampai kaum perempuan (ibu) tersebut diibaratkan tiang negara.
Kedekatan fisik dan
emosional ibu dengan anak sudah terjalin secara alamiah mulai masa
mengandung, menyusui dan pengasuhan. Kasih sayang seorang ibu
merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman.
Para ahli berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional merupakan
aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah arti penting peran
ibu terhadap pendidikan anak usia dini.
Untuk menjalani peran ini Allah SWT telah memberikan potensi pada
ibu berupa kemampuan untuk hamil, menyusui serta naluri keibuan.
Disamping itu, Allah SWT juga telah menetapkan serangkaian syariat yang
memerintahkan ibu untuk menjalankan perannya sesuai dengan potensi yang
telah Allah berikan. Seperti anjuran untuk menyusui anak selama 2
tahun, mewajibkan ibu untuk mengasuh anaknya selama masa pengasuhan
(hadlonah), yakni sampai anak bisa mengurus dirinya sendiri. Hal ini
akan mendorong ibu untuk melakukan semua tanggung jawabnya semata
karena mematuhi perintah Allah SWT. Korelasi Antara Ibu Dan Pendidikan Anak Usia Dini
Sesungguhnya anak bagaikan ‘radar’ yang dapat menangkap setiap obyek yang ada di sekitarnya. Perilaku ibu adalah kesan pertama yang ditangkap anak.Apabila seorang ibu memiliki kepribadian agung dan tingkat ketaqwaan yang tinggi, maka kesan pertama yang masuk ke dalam benak anak adalah kesan yang baik.
Kesan yang baik ini akan menjadi landasan yang kokoh bagi perkembangan
kepribadian anak ke arah ideal yang diinginkan. Disamping itu, anak
sendiri membutuhkan figur contoh (qudwah) dalam mewujudkan nilai-nilai
yang ditanamkan kepadanya selama proses belajar di masa kanak-kanak,
sebab akal anak belum sempurna untuk melakukan proses berpikir. Ia
belum mampu menterjemahkan sendiri wujud nilai-nilai kehidupan yang
diajarkan kepadanya. Kekuatan figur ibu akan membuat anak mampu untuk
menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh diambil dari
lingkungannya. Karena anak menjadikan apa yang diterima dari ibunya
sebagai standar nilai.
Para pakar pendidikan
mengajarkan bahwa keteladanan adalah media pendidikan yang paling
efektif dan berpengaruh dalam menyampaikan tata nilai kehidupan.
Dalam hal ini ibulah orang yang paling tepat untuk berperan sebagai
qudwah pertama bagi anak. Ibulah yang paling besar peranannya dalam
memberi warna pada pembentukan kepribadian anak, sehingga dibutuhkan
ibu yang berkualitas yang akan mampu mendidik anaknya dengan baik.
Pembinaan kepribadian anak menjadi tanggung jawab orang tua terutama
ibu. Keluarga berperan menjadi wadah pertama pembinaan agama dan
sekaligus membentenginya dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal
dari luar. Peran orang tua terutama ibu menjadi penting karena ibulah
yang paling tahu bagaimana perkembangan dan kemajuan anak, baik fisik
maupun mentalnya.
Kehadiran orang tua (terutama ibu) dalam perkembangan jiwa anak amat penting. Bila anak kehilangan peran dan fungsi ibunya, sehingga dalam proses tumbuh kembangnya anak kehilangan pembinaan, bimbingan, kasih sayang, perhatian dan sebagainya, maka anak akan mengalami “deprivasi maternal”. Deprivasi maternal dengan segala dampaknya dalam perkembangan dapat terjadi tidak hanya jika anak semata-mata kehilangan figur ibu secara fisik (loss), tetapi juga bisa dikarenakan tidak adanya (lack) peran ibu yang amat penting dalam proses imitasi dan identifikasi anak terhadap ibunya. Deprivasi maternal pada anak usia dini jauh lebih besar pengaruhnya daripada anak pada usia yang lebih besar. Keadaan ini menyebabkan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak terputus. Sering dijumpai pada anak-anak yang semacam ini suatu gangguan yang dinamakan “Attachment Disorder” atau “Failure to Thrive”. Pada kelainan kejiwaan semacam ini biasanya anak telah mengalami penyimpangan (distorsi).
Kehadiran orang tua (terutama ibu) dalam perkembangan jiwa anak amat penting. Bila anak kehilangan peran dan fungsi ibunya, sehingga dalam proses tumbuh kembangnya anak kehilangan pembinaan, bimbingan, kasih sayang, perhatian dan sebagainya, maka anak akan mengalami “deprivasi maternal”. Deprivasi maternal dengan segala dampaknya dalam perkembangan dapat terjadi tidak hanya jika anak semata-mata kehilangan figur ibu secara fisik (loss), tetapi juga bisa dikarenakan tidak adanya (lack) peran ibu yang amat penting dalam proses imitasi dan identifikasi anak terhadap ibunya. Deprivasi maternal pada anak usia dini jauh lebih besar pengaruhnya daripada anak pada usia yang lebih besar. Keadaan ini menyebabkan hubungan kasih sayang antara ibu dan anak terputus. Sering dijumpai pada anak-anak yang semacam ini suatu gangguan yang dinamakan “Attachment Disorder” atau “Failure to Thrive”. Pada kelainan kejiwaan semacam ini biasanya anak telah mengalami penyimpangan (distorsi).
Pada awal
perkembangan, anak memerlukan stimulasi dini yang diberikan oleh ibu
melalui panca indra fungsi-fungsi mental emosional agar anak terpacu dan berkembang. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
mengalami deprivasi maternal juga mempunyai resiko tinggi untuk
menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, yaitu perkembangan
mental intelektual, mental emosional bahkan perkembangan psikososial
dan spiritualnya. Tidak jarang dari mereka bila kelak telah dewasa
akan memperlihatkan berbagai perilaku menyimpang, anti sosial, bahkan
tindak kriminal.
Kondisi inilah yang
semestinya menyadarkan para ibu (atau calon ibu) akan pentingnya peran
ibu dalam mencetak generasi unggul. Para ibu tak boleh terlena dengan
julukan ”surga di bawah telapak kaki ibu”. Mestinya keagungan julukan
itu mendorong para ibu untuk menjalankan peran terbaiknya, terutama
pada masa-masa mendidik anak yang berada pada tahap usia dini.
Jadi dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, karakter anak sangat ditentukan oleh seberapa besar hubungan antara ibu dengan si anak. Ibu yang baik akan melahirkan generasi anak yang akan baik juga. Kedekatan orang tua dengan si anak juga akan sangat menentukan perkembangan kepribadian dan intelektual mereka. Jadi mari kita didik putra-putri kita mulai dari sekarang
(*) diambil dari berbagai sumber di media internet semoga manfaat. amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar