Identitas Diri Dipertanyakan, Kemana Kau Akan Melangkahkan Kakimu Di Atas Dunia Ini?
Saya teringat masa dulu saat masih kuliah, saat mengikuti mata kuliah Managemen Pendidikan yang diampu oleh dosen senior. Beliau sangat berwibawa dimata saya dan teman-teman. Satu hal yang selalu saya ingat, saya selalu masuk tepat waktu, karena beliau juga sangat disiplin dalam masalah waktu kehadiran di kelas. Saat mengajar beliau tidak terlalu banyak bercanda, serius tetapi tetap enak saat menyapaikan materi kuliahnya. Beliau sebenarnya tidak keras, hanya tegas dalam hal prinsip hidup dan hatinya mencintai dengan profesinya sebagai dosen. Hal itu terlihat dari kepribadian dan cara beliau mengajar di kelas, rapi, bersih, teratur, serta tepat waktu.
Pada saat beliau memberikan mata kuliah Managemen Pendidikan, seperti biasanya setelah diskusi bersama ada dialog. Pada saat sesi tanya jawab beliau memberikan sebuah pertanyaan yang sederhana tetapi memiliki makna sangat mendalam. Kira-kira pertanyaannya seperti ini, "Saudara sekarang kuliah di Fakultas Tarbiyah (keguruan), setelah lulus nanti saudara mau menjadi apa?". Kemudian teman saya dengan enteng menjawab, "Saya ingin menjadi pengusaha yang sukses pak!". Sontak muka sang dosen saya terlihat memerah dan memperlihatkan muka kekecewaan, lalu sang dosen menjawab dengan nada tinggi, "saya persilahkan saudara keluar dari kelas saya!". Saya dan teman-teman saya hanya terharu dan kaget mendengar jawaban sang dosen tersebut. Akhirnya teman saya keluar dari kelas dan harus mengulang mata kuliah yang diambilnya, hanya gara-gara jawaban tersebut.
Setelah teman saya keluar dari kelas, sang dosen menjelaskan makna dari pertanyaan yang tadi diberikan. Beliau menguraikan kekecewaannya kepada para mahasiswa di Fakultas Tarbiyah, yang rata-rata para mahasiswa kalau di tanya tidak konsisten dengan pilihan yang mereka ambil. Apa yang membuat mereka salah?, beliau menjelaskan kepada saya dan teman-teman bahwa, hidup ini sebuah pilihan, dan pilihan yang sudah kalian ambil ada di depan mata, dan mengapa kalian harus mencari pilihan yang lain lagi. Pilihan saudara di Fakultas Tarbiyah ini tidak lain adalah untuk menjadi seorang guru, bukan menjadi pengusaha. Bagaimana dengan teman saya tadi?, beliau menjawab bahwa teman kalian tadi tidak salah, yang salah adalah bahwa dia hanya salah masuk ke Fakultas Tarbiyah ini., makanya saya suruh dia keluar dari kelas saya. Harusnya kalau ingin menjadi seorang pengusaha, temanmu tadi masuk ke Fakultas Ekonomi, bukan ke Fakultas Tarbiyah, karena disini mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi seorang guru bukan pengusaha. Saya dan teman-teman baru mengerti, bahwa jawaban harus sesuai dengan pilihan yang sudah kita ambil.
Dari kejadian ini, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga sekali, bahwa hidup itu sebuah pilihan dan kita harus konsisten dengan pilihan kita tadi. Baik, buruknya jangan kita pikirkan dulu, karena kekuatan kita untuk mengambil sebuah pilihan itu adalah modal utama kita untuk meraih mimpi yang diinginkan. Saya yakin semua orang ingin pilihan yang terbaik dalam hidupnya, dan tidak menginginkan sebuah pilihan yang salah. Dan kita harus meyakini bahwa pilihan hidup sekarang akan menentukan jalan langkah kita kedepan yang lebih baik. Jangan salah memilih dalam kehidupan ini, karena sekali salah kita akan menyesal akhirnya. Tentukan pilihan hidupmu sekarang, dan tetap konsisten dengan pilihanmu selamanya.
